TIDAK PADA WAKTUNYA
Jalanan kota surabaya cukup lengang di pagi
hari ini, terlihat dari sepinya pengemudi yang beraktifitas. Pagi ini aku menghadiri
wawancara kerja dua jam setengah lebih awal. Datang awal memang kesukaanku
dari dulu semasa kuliah. Oleh karenanya selalu kuingat perkataan William Shakespeare
tentang “Coming three hours earlier is better than three minutes late”. Kata-kata
tersebut sangat bermakna sekali jika aku hayati.
Tak cukup banyak orang ketika aku sampai pada
tempat tujuan. Acara wawancara kerja dimulai jam 10.30 pagi, sedangkan kulihat
pada layar iPhone ku masih menunjukkan jam 08.00. Dikantor itu terlihat seorang
admin perempuan muda melihat kedatanganku.
“Ada yang bisa dibantu pak? Mau melamar kerja?”
“Iya mbak” Ucapku.
“Iya, silahkan diisi nomer antrean di kertas
putih itu lalu mengisi biodata di kertas sampingnya”
Perempuan itu membuatku paham alurnya. Pada
nomer antreanku aku kebagian nomer urut lima. Segera aku isi biodataku untuk
kelengkapan administrasi.
Waktu menunjukkan 08.30 dan antrean sudah membludak
menjadi 32 antrean nomer. Semakin penuh sesak isi ruangan dipenuhi para pencari
kerja sepertiku. Rupanya admin perempuan pun juga merasa gerah dan menginfokan bagi
yang sudah mengisi formulir bisa ditunggu di luar.
Waktu menunjukkan 09.02 dan pendaftaran sudah
ditutup. Hal tersebut dikarenakan kuota sudah penuh yang dibatasi hanya 40 pelamar. Rupanya banyak sekali
peminat kerja yang terus berdatangan keluar masuk ruangan. Kulihat admin
perempuan semakin kesal untuk terus menjawab para pencari kerja yang datang
silih berganti. Tak lama kemudian ia mencetak kertas yang bertuliskan:
“MOHON MAAF, UNTUK KUOTA KERJA BAGIAN ADMIN
DAN KOORDINATOR SUDAH PENUH, JIKA BERKENAN BISA MENARUH CV ANDA UNTUK
SELANJUTNYA KAMI INFOKAN INFORMASI SELANJUTNYA”
Tulisan itu terpampang jelas sekali di depan
pintu. Namun masih saja banyak para pencari kerja yang datang berhamburan. Kulihat
banyak diantara mereka masih muda penuh enerjik. Aku yakin usia mereka tak jauh
beda dengan usiaku.
Waktu sudah menunjukkan 09.30 di layar iPhoneku.
Sedang aku masih berdiri di depan pintu ruangan. Kuperhatikan terus para pemuda
pencari kerja yang datang berhamburan. Make up mereka natural dan menyenangkan, wangi harum ketika melewatiku. pakaian mereka rapi bak intelektual. Banyak dari mereka memasuki ruangan
dengan wajah bahagia setenang langit pagi lalu keluar dengan wajah manyun bak
langit siang yang geram. Beberapa ada yang menangis, kecewa dengan info karena
sudah datang jauh jauh dari kota Malang namun tak kebagian nomer antrean..
“Sendirian saja mas?”
Suara itu datang dari perempuan sampingku yang
sedari tadi berdiri sama denganku di depan pintu. Kulihat wajahnya tenang ceria
menatap aku yang sedari tadi memperhatikan para pencari kerja sepertiku. Menurutku
ia cantik dengan rambut panjangnya yang terurai rapi. Kulitnya putih seperti
susu. Dia enak sekali buat diajak ngobrol. Menurutku ia banyak pengalaman dalam
bekerja yang terlihat dari ceritanya pernah menjadi admin di beberapa
perusahaan. Dia katakan senang menjadi admin meski hanya lulusan SMA. Dia katakan
sudah banyak menguasai akan Ms Office.
“Namaku Imas, masnya?”
“Dafy” kutangkap tangannya untuk berjabat
tangan.
“Kasihan ya mas mbak itu, dia datang jauh jauh
dari Pasuruan ternyata sampai sini kuota lamaran kerjanya habis. Coba aja dia
datang jam tujuh atau jam delapan, pasti bakal dapat nomer antrian” Imas sangat prihatin terhadap pelamar yang tak
kebagian nomer antrean.
Imas terus bercerita sembari menemani aku
menunggu. Aku ceritakan padanya bahwa aku baru lulus kuliah bulan lalu dan ini kali
pertama aku melamar kerja secara formal. Hingga pada waktunya waktu
wawancara pun tiba. Nomer antrean sudah dipanggili untuk memasuki ruangan. Nomer
satu sampai delapan dipanggil unrtuk menunggu wawancara bergilir dalam ruang. Terlihat
Imas mendapatkan nomer antrean tujuh yang juga memasuki ruangan lalu duduk di
sebelahku.
Kira kira
wawancara satu orang menghabiskan waktu dua puluh menit, lama sekali. AC pada
ruangan pun semakin dingin yang membuat Imas kedinginan. Kupinjami ia jaketku
untuk menutupi badannya. Ia senang. Lalu kulihat para pencari kerja dari di
luar ruang masih terus ramai berdatangan. Mereka basah kuyup akibat hujan yang turun
tiba tiba secara deras. Surat lamaran yang mereka bawa pun akhirnya basah juga.
Terlihat perempuan yang menangis karna tak kebagian kuota tadi pun ikut basah
kuyup. Merekalah orang yang tak datang pada waktunya. Sementara Imas terlelap
dalam tidurnya bersandar. Aku masih berdiri memperhatikan. ~MK.







0 comments:
Post a Comment