This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, March 5, 2018

TIDAK PADA WAKTUNYA


TIDAK PADA WAKTUNYA

Jalanan kota surabaya cukup lengang di pagi hari ini, terlihat dari sepinya pengemudi yang beraktifitas. Pagi ini aku menghadiri wawancara kerja dua jam setengah lebih awal. Datang awal memang kesukaanku dari dulu semasa kuliah. Oleh karenanya selalu kuingat perkataan William Shakespeare tentang “Coming three hours earlier is better than three minutes late”. Kata-kata tersebut sangat bermakna sekali jika aku hayati.

Tak cukup banyak orang ketika aku sampai pada tempat tujuan. Acara wawancara kerja dimulai jam 10.30 pagi, sedangkan kulihat pada layar iPhone ku masih menunjukkan jam 08.00. Dikantor itu terlihat seorang admin perempuan muda melihat kedatanganku.

“Ada yang bisa dibantu pak? Mau melamar kerja?”
“Iya mbak” Ucapku.
“Iya, silahkan diisi nomer antrean di kertas putih itu lalu mengisi biodata di kertas sampingnya”

Perempuan itu membuatku paham alurnya. Pada nomer antreanku aku kebagian nomer urut lima. Segera aku isi biodataku untuk kelengkapan administrasi.

Waktu menunjukkan 08.30 dan antrean sudah membludak menjadi 32 antrean nomer. Semakin penuh sesak isi ruangan dipenuhi para pencari kerja sepertiku. Rupanya admin perempuan pun juga merasa gerah dan menginfokan bagi yang sudah mengisi formulir bisa ditunggu di luar.

Waktu menunjukkan 09.02 dan pendaftaran sudah ditutup. Hal tersebut dikarenakan kuota sudah penuh yang dibatasi hanya 40 pelamar. Rupanya banyak sekali peminat kerja yang terus berdatangan keluar masuk ruangan. Kulihat admin perempuan semakin kesal untuk terus menjawab para pencari kerja yang datang silih berganti. Tak lama kemudian ia mencetak kertas yang bertuliskan:

“MOHON MAAF, UNTUK KUOTA KERJA BAGIAN ADMIN DAN KOORDINATOR SUDAH PENUH, JIKA BERKENAN BISA MENARUH CV ANDA UNTUK SELANJUTNYA KAMI INFOKAN INFORMASI SELANJUTNYA”

Tulisan itu terpampang jelas sekali di depan pintu. Namun masih saja banyak para pencari kerja yang datang berhamburan. Kulihat banyak diantara mereka masih muda penuh enerjik. Aku yakin usia mereka tak jauh beda dengan usiaku.

Waktu sudah menunjukkan 09.30 di layar iPhoneku. Sedang aku masih berdiri di depan pintu ruangan. Kuperhatikan terus para pemuda pencari kerja yang datang berhamburan. Make up mereka natural dan menyenangkan, wangi harum ketika melewatiku. pakaian mereka rapi bak intelektual. Banyak dari mereka memasuki ruangan dengan wajah bahagia setenang langit pagi lalu keluar dengan wajah manyun bak langit siang yang geram. Beberapa ada yang menangis, kecewa dengan info karena sudah datang jauh jauh dari kota Malang namun tak kebagian nomer antrean..

“Sendirian saja mas?”

Suara itu datang dari perempuan sampingku yang sedari tadi berdiri sama denganku di depan pintu. Kulihat wajahnya tenang ceria menatap aku yang sedari tadi memperhatikan para pencari kerja sepertiku. Menurutku ia cantik dengan rambut panjangnya yang terurai rapi. Kulitnya putih seperti susu. Dia enak sekali buat diajak ngobrol. Menurutku ia banyak pengalaman dalam bekerja yang terlihat dari ceritanya pernah menjadi admin di beberapa perusahaan. Dia katakan senang menjadi admin meski hanya lulusan SMA. Dia katakan sudah banyak menguasai akan Ms Office.

“Namaku Imas, masnya?”
“Dafy” kutangkap tangannya untuk berjabat tangan.

“Kasihan ya mas mbak itu, dia datang jauh jauh dari Pasuruan ternyata sampai sini kuota lamaran kerjanya habis. Coba aja dia datang jam tujuh atau jam delapan, pasti bakal dapat nomer antrian” Imas sangat prihatin terhadap pelamar yang tak kebagian nomer antrean.


Imas terus bercerita sembari menemani aku menunggu. Aku ceritakan padanya bahwa aku baru lulus kuliah bulan lalu dan ini kali pertama aku melamar kerja secara formal. Hingga pada waktunya waktu wawancara pun tiba. Nomer antrean sudah dipanggili untuk memasuki ruangan. Nomer satu sampai delapan dipanggil unrtuk menunggu wawancara bergilir dalam ruang. Terlihat Imas mendapatkan nomer antrean tujuh yang juga memasuki ruangan lalu duduk di sebelahku.


Kira kira wawancara satu orang menghabiskan waktu dua puluh menit, lama sekali. AC pada ruangan pun semakin dingin yang membuat Imas kedinginan. Kupinjami ia jaketku untuk menutupi badannya. Ia senang. Lalu kulihat para pencari kerja dari di luar ruang masih terus ramai berdatangan. Mereka basah kuyup akibat hujan yang turun tiba tiba secara deras. Surat lamaran yang mereka bawa pun akhirnya basah juga. Terlihat perempuan yang menangis karna tak kebagian kuota tadi pun ikut basah kuyup. Merekalah orang yang tak datang pada waktunya. Sementara Imas terlelap dalam tidurnya bersandar. Aku masih berdiri memperhatikan. ~MK.