This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday, June 16, 2018

SETELAH LULUS KULIAH NGAPAIN?


SETELAH LULUS KULIAH NGAPAIN?

Well di pagi ini gue mau curhat tentang pengalaman gue setelah lulus kuliah. Meskipun banyak juga yang sudah nulis tentang kehidupan setelah kuliah di luaran sana, ya aku harap tulisanku bisa sedikit bermanfaat bagi pembaca. Setelah lulus kuliah mau ngapain? Ya banyak, bisa nikah, kerja dan lanjut S2. Di sini gue mau cerita bagaimana dulu berjuang keras untuk menyelesaikan skripsi di semester tujuh, motivasinya ya untuk segera menuntaskan beban hidup guys, hehehe. Tapi selain itu juga ada rasa malas kuliah pada saat itu, secara pikiran juga padet banget untuk mikirin tugas-tugas.

Disaat gue wisuda, itu bagaikan puncak gunung tertinggi yang pernah aku daki guys. Bagaimana tidak, di saat itu juga keluarga tersenyum lebar dan bangga. Ucapan selamat wisuda datang dari mana-mana. Pokoknya info kelulusan kita tersebar luas deh seperti iklan Jawa Pos. Pujian dari keluarga tak ada habis-habisnya setelah kita pulang. Eits, tapi tunggu dulu, setelah lulus ngapain?

Nah dari sini ini rasa malas datang secara besar-besaran. Ada rasa ingin balas dendam untuk istirahat setelah mengerjakan skripsi yang begitu berat. Saran ku sih boleh-boleh saja tapi jangan seperti gue yang aktivitasnya banyak tidur panjang selama dua minggu bhahaha. Well, setelah dua minggu itu gue mulai cari kerjaan. Gue lulus di Februari akhir. Di bulan Maret pertengahan gue sudah mulai sebar surat lamaran ke beberapa instansi perusahaan. Perusahaan pertama yang gue lamar ialah perusahaan pengiriman JnT sebagai posisi koordinator.

Lanjut pada cerita ngelamar JnT, di sini gue datang jam 8 padahal interview masih jam 10 pagi. Gue terlalu rajin memang saat itu, maklum sewaktu kuliah memang aku suka datang awal. Terinspirasi dari perkataan Shakespeare yang berbunyi “Coming three hours earlier is better then three minutes late”. Tak lama pada jam 9 pagi, suasana sudah penuh sesak dan absen pelamar hanya dibatasi 40 orang, otomatis yang datang diatas jam 9 sudah nggak kebagian absen. Akan tetapi yang berdatangan masih banyak seperti pembagian sembako. Well, di sini gue mulai merasakan atmosfer persaingan anak muda dimulai. Ada banyak sekali pemuda pemudi yang melamar. Pakaian mereka rapi, wangi, bersepatu pantofel just like me.  Singkat cerita di sini gue gagal. Kegagalan itu dikarnakan tes Ms. Excel yang menggunakan rumus di setiap penghitungan. Di saat gue pulang, yang datang pun masih saja berdatangan. Tak lama hujan turun saat itu membasahi para pelamar yang terlambat. Pakaian dan surat lamaran mereka basah.

Well, pada saat lamaran saya pertama gagal, di sini gue masih tertantang lagi untuk cari info lowongan kerja. Ada banyak cara sih cari lowongan kerja, tapi yang paling efektif cari di Instagaram dan akun yang paling favorit adalah “Lokersurabayakerja” kenapa paling favorit, iya, dikarnaan isi kontennya tidak bertele-tele dan sering muncul info Walk Inteview dan Job Fair. Yang paling gue suka dari info di sini ialah kebanyakan interview kerjanya di Surabaya. Jadi sangat beruntung sekali lah di kota sendiri penuh pekerjaan, meskipun banyak gagalnya juga, hehehe.

Well, di bulan Maret, April dan Mei ini hidup gue mulai ngga jelas. Masih bertarung sebagai pencari kerja. Mengikuti Job Fair Surabaya bisa dibilang tiga kali, namun tak ada respon dari satu pun perusahaan.  Tak berapa banyak berkas lamaran kerja yang sudah aku sebar di bulan-bulan ini. Sampai tukang foto kopi pun hafal aku mau apa. “berapa kali lagi mas?” Tawar pak fotokopi, “Sepuluh pak” jawabku. Pada saat yang seperti inilah perasaan-perasaan  mulai muncul. Perasaan seperti kok sarjana nganggur sih. Mekipun aktifitas juga masih mengajar di sekolah dan kursus, tapi jujur ngga ada passion guys dalam hal mengajar. Bisa dibilang ngga ada mood, hehehe. Di sini kita mulai malu guys sama keluarga yang sudah beranggapan bahwa kita sudah sarjana. Untung saja gue ngekos jauh dari keluarga, jadi ngga ketahuan deh aktivitas gue ngapain. Selain itu juga gue memulai bisnis bua-buahan. di sekitar rumah banya sekali gudang buah-buahan milik orang Cina yang aku kenal. Aku bisa saja ambil barang keluar masuk dengan membayarnya kemudian. sudah aku rintis sebuah akun instagram yang memuat berbagai macam buah-buahan lokal dan import. namun begitu yang membeli lebih tertarik membeli kiloan daripada kardusan, sehingga kecapean pada pengantaran buahnya di jalan.

Di sini kita juga akan kepikiran sama teman-teman, adek-adek yang masih kuliah tapi sudah dapat kerjaan. Kita berpikir teman yang sudah lanjut S2. Nah di sini gue mau membahas S2, bagi kalian yang mau lanjut S2, ketika masih semester 7 kita kumpulin itu semua info beasiswa dengan rapi, selain itu sudah mempersiapkan diri untuk tes TOEFL atau IELTS. Karna setelah gue lulus banyak sekali info beasiswa berseliweran, entah itu untuk summer camp, fullbright dll. Sayangnya gue ngga terlalu perduli dengan info itu semua, karana memang rencana tahun pertama lulus mau berheti sejenak dari dunia perkampusan. Pernah gue mampir ke UNAIR Surabaya untuk menanyakan biaya S2 jurusan Linguistik, diinfokan oleh persona bagian pendaftaran biaya kuliah semacam UKT 8 juta dan ada juga uang sumbangan pengembangan gedung dan pendidikan sebesar 8 juta juga. Ngghh, 16 juta sekali masuk dan 8 juta per semester jadinya.  

Balik ke topik melamar pekerjaan, di bulan-bulan ini ada banyak sekali perusahaan-perusahaan yang sudah gue lamar. Diantara perusahaan itu ada Starbuck, Indomaret, Matahari, Kawan Lama Grup, Bank, dan banyak lagi lainnya. Dari sekian perusahaan itu ada juga yang bisa dibilang nafsu untuk merekrut kita guys yaitu MLM terselubung, Finance perhutangan, Sales berkedok pedagangan emas, Asuransi jiwa, Sales Mobil dan lain lain. Saranku sih cari kerja lain yang jelas saja guys.  Jadi pada prinsipku di bulan-bulan ini jangan berhenti mencari, diselingi doa pasti kan ada jalan. Filosofi hidup gue pada bulan-bulan ini ialah kita bagaikan seorang penumpang kereta yang hendak naik, jam berapapun kita datang ke stasiun, kereta pasti kan datang juga. Disamping mencari pekerjaan itu juga gue selingin main musik sama teman organisasi di kampus dan touring-touring  sama teman-teman kampung.

Sampai di akhir cerita,  di sini gue melamar di perusahaan handphone asal Tiongkok. Gue datang di acara interview pertama dengan melamar sebagai posisi Senior Trainer. Entah apalah nanti job deskripsinya yang penting gue sudah mahamin prinsip-prinsip sebagai seorang pelatih. Tak tanggung-tanggung yang interview gue koko Cina. Dia bicara bahasa mandarin gue ngga ngerti. Memang sih di info lowogan kerja ada tulisan “Khusus Yang Bisa Bahasa Mandarin”, tapi gue cuek guys. Sampai koko Cina agak memerah wajah dan gue masih tetap ngga ngerti. Gue anggap itu sebagai pemanasan global. Gue berusaha bicara bahasa Inggris dia juga ngga terlalu ngerti, hingga akhirnya ada mbak-mbak yang mau bantu nerjemahin bahasa kokonya. Pertanyaan bergantian mulai dari pengalaman, latar belakang, cita cita dan sebagainya singkat cerita gue lolos guys ke tahap interview ke dua.

Pada tahap interview ke dua gue datang guys serapi mungkin. Seperti biasa gue datang awal jam 8, interview masih jam 10. Gue lihat di kantornya masih sepi, karna ini bulan puasa guys jadi gue ngga bisa tunggu sambil ngerokok, jadi gue pergi ke fasilitas perpus untuk baca-baca. Jam 9 aku datangi lagi kantornya ternyata sudah ada tiga orang perempuan. Mereka semua juga lolos tahap dua. Interview masih sama dengan koko Cina namun kali ini ada penerjemah di sampingnya. Singkat cerita kami berempat lolos dan akan segera bekerja. Setelah aku pulang terdapat sebuah sms dari HRD tentang gaji. Diberitakan tentang gaji pokok 4 juta dan akan ada bonus 1 juta untuk keterampilan kerja. Ya lumayan lah guys sembari menunggu tes CPNS bulan depan.

Well itu semua pengalaman yang sedikit tidak seru yang bisa aku bagikan guys. Filosofi kehidupan memang begitu adanya guys, kita akan membuka lembaran baru dan berpetualang didalamnya. Bisa jadi waktu dulu gue menganggap skripsi itu berat dan ingin segera mengahirinya, ada lembaran baru yang sudah kubuka dan ternyata sama beratnya dan mungkin lebih. Jadi apapun itu hendaknya kita nikmati setiap pertualangan pada lembaran itu. Adapun para pembaca yang berminat berbagi ceritanya entah itu lanjut S2, kerja, atau nikah, silahkan sertakan alamat link dibawah komen. Kalau ada waktu akan gue kunjungin. Well, semoga bermanfaat. ~MK.











Tuesday, May 8, 2018

WANITA SAKIT


WANITA SAKIT

Hari sudah semakin malam, silih berganti wanita pelacuran keluar masuk pada ruang pemeriksaan. Mereka adalah pelacur yang diringkus kepolisian yang selanjutnya akan dimintai keterangan. Kasus dan alasan mereka semua sama hingga datanglah wanita ke dua puluh tujuh di mejaku dan Anggi.

“Kenapa mbaknya melacurkan diri?” Ucapku.

Wanita tersebut tertunduk malu dan tak menatap mataku. Aku rasakan usianya sekitar Tiga puluh tahunan. Tubuhnya seksi dengan buah dadanya sedikit menonjol. Kulitnya putih rambutnya lurus berkilau, wangi sekali.

Anggi di sebelahku pun ikut bingung mengapa wanita di depanku tak menjawab. Segera ia tuliskan laporan berita tentang psikis wanita di depanku ini. Sedang aku yang memeriksa tutur bahasanya belum mendapat catatan sama sekali.    

“Heh!” Gertakku.

Ia masih tetap diam, namun tangannya terangkat diatas meja.

“KAMU ITU HARUS TAHU MAS, WANITA ITU NGGAK BISA DIBENTAK BEGINI!!” Bruakk, Jawab wanita itu.

Busset dah, nih wanita galak sekali. Sambil terisak tangis dia tersedu sedan. Mungkin saatnya bagiku menggunakan teori “politeness strategy”.

“Em.. mbak, coba dijawab. Nanti kalau mbak kooperatif dengan pemeriksaan kami mbak akan segera didata kok. Kami hanya memeriksa psikis dan tekanan emosional anda saja, abis itu sudah. Mbaknya bisa langsung istirahat sementara di ruang tahanan wanita.”

Wanita itu melihat mataku yang menurutku untuk mengecek keseriusanku. Tak lama ia mulai berbicara padaku.

“Kamu itu harus tahu Mas, wanita kebanyakan itu lemah. Termasuk juga aku. Aku itu sudah cari pekerjaan kesana kemari, tapi nggak ada tempat untuk wanita berkerudung bekerja, dan tak ada pekerjaan bagi wanita tanpa modal. Aku juga sudah berusaha mencari suami baru, tapi siapa yang mau menikahi janda miskin? Janda itu kalau kesana dikit, kesini dikit, pasti banyak omongan orang. Yang dibilang pelakor lah, ganjen sama hidung belang lah dan sebagainya. Aku tidak kuat dengan kondisi itu. Kalau sudah masnya berada di posisi tersebut, masnya mau berbuat apa sebagai wanita?  Hm? Kok diam? Siapa yang biayaain hidup anak sekolah dan kebutuhan sehari-hari?” Matanya memerah sambil menjelaskan.

Busset dah, lagi lagi masalah ekonomi seperti kasus pelacuran sebelumnya. wanita ini rupanya memojokkanku. Tak ada kata keluar lagi dari mulutku selain mencatat pernyataan wanita tersebut pada catatanku.

Ia menatap tajam ke arahku, aku pun segera menguasai keadaan kembali. Dengan melontarkan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya, aku memperhalus bahasaku. Pertanyaan itu masih tentang suami, keluarga, derita HIV, dan konsumsi narkoba.

Ia lantas mulai bercerita kembali sembari tetesan air keluar dari matanya. Segeralah Anggi memberinya tissue.

“Ini semua berawal dari suamiku yang BRENGSEK. Sudah berbulan-bulan mas aku dan anak tidak dinafkahi. Oleh karenanya aku sangat malu bila ibuku yang membiayai sekolah dan hidup anakku. Sedang ibuku dalam keadaan sakit-sakitan dan warung kelontongnya sepi pembeli. Disaat keaadaan sulit itu juga suamiku mengaku padaku bahwa dia sudah menghamili anak orang kaya diluar nikah. TIDAAAAK AHHHHH.” Suaranya nyaring sekali sambil menjambak rambutnya.

Busset dah, brengsek bener suaminya. Wanita itu membuat gaduh ruangan, segera kututup rapat pintunya. Kubiarkan ia menangis sejenak sambil sedikit reda. Kulihat Anggi juga meneteskan air mata, namun ia alihkan dengan sibuk mencatat. Masalah wanita pelacuran memang semua sama, yakni ekonomi dan sakit hati.  

Wanita itu kuketahui bernama Rona. Ia mengaku sangat sedih melihat anak perempuannya tidak bisa membayar biaya sekolah dan buku. Suaminya menceraikannya sepihak dan melarikan diri ke luar kota bersama peremuan yang ia hamili.

Pada keterangan Rona, ia mengaku meminum pil KB sebelum bekerja dan memakai kondom di setiap melayani tamunya. Tarif yang ia terima pun bervariasi, mulai dari 200-300rb sekali kencan di kamar. Hal itu tergantung dari keloyalan pelanggan. Satu hari ia bisa sampai mendapat lima tamu.

Menurutnya, ia hanya mencari jalan hidup untuk menabung membuka usaha. Usaha yang akan ia rintis ialah membuka warung kopi berkonsep Wifi. Namun ya apa mungkin membuka usaha dari hasil pelacuran. Aneh aneh saja.

Kulihat pertengahan payudaranya penuh keringat, memang udara ruangan sedikit panas. Namun pertanyaan masih kulanjutkan mengenai narkoba. Menurutnya, pemakaian narkoba memang ada dari beberapa temannya, namun ia tidak memakai dan tidak mau menceritakan siapa temannya itu.

Aku rasa cukup jelas dari kasus wanita ke dua puluh tujuh bernama Rona ini. Semua sudah jelas, maka kupersilahkan ia beristirahat untuk mengikuti sidang tertutup tiga hari mendatang.

Aku hanya menjalankan tugasku mewawancara psikis dan tekanan emosional. Temanku Anggi memang lulusan psikologi, namun ia tidak sampai hati mendengar kisah wanita-wanita sakit ini. Kepolisian memilihnya sebagai tim wawancara karna memang ia lulusan terbaik psikologi. Semoga Anggi dapat memilih suami yang baik esok hari dan tak meniru jejak wanita-wanita sakit ini. ~MK.




    

Monday, March 5, 2018

TIDAK PADA WAKTUNYA


TIDAK PADA WAKTUNYA

Jalanan kota surabaya cukup lengang di pagi hari ini, terlihat dari sepinya pengemudi yang beraktifitas. Pagi ini aku menghadiri wawancara kerja dua jam setengah lebih awal. Datang awal memang kesukaanku dari dulu semasa kuliah. Oleh karenanya selalu kuingat perkataan William Shakespeare tentang “Coming three hours earlier is better than three minutes late”. Kata-kata tersebut sangat bermakna sekali jika aku hayati.

Tak cukup banyak orang ketika aku sampai pada tempat tujuan. Acara wawancara kerja dimulai jam 10.30 pagi, sedangkan kulihat pada layar iPhone ku masih menunjukkan jam 08.00. Dikantor itu terlihat seorang admin perempuan muda melihat kedatanganku.

“Ada yang bisa dibantu pak? Mau melamar kerja?”
“Iya mbak” Ucapku.
“Iya, silahkan diisi nomer antrean di kertas putih itu lalu mengisi biodata di kertas sampingnya”

Perempuan itu membuatku paham alurnya. Pada nomer antreanku aku kebagian nomer urut lima. Segera aku isi biodataku untuk kelengkapan administrasi.

Waktu menunjukkan 08.30 dan antrean sudah membludak menjadi 32 antrean nomer. Semakin penuh sesak isi ruangan dipenuhi para pencari kerja sepertiku. Rupanya admin perempuan pun juga merasa gerah dan menginfokan bagi yang sudah mengisi formulir bisa ditunggu di luar.

Waktu menunjukkan 09.02 dan pendaftaran sudah ditutup. Hal tersebut dikarenakan kuota sudah penuh yang dibatasi hanya 40 pelamar. Rupanya banyak sekali peminat kerja yang terus berdatangan keluar masuk ruangan. Kulihat admin perempuan semakin kesal untuk terus menjawab para pencari kerja yang datang silih berganti. Tak lama kemudian ia mencetak kertas yang bertuliskan:

“MOHON MAAF, UNTUK KUOTA KERJA BAGIAN ADMIN DAN KOORDINATOR SUDAH PENUH, JIKA BERKENAN BISA MENARUH CV ANDA UNTUK SELANJUTNYA KAMI INFOKAN INFORMASI SELANJUTNYA”

Tulisan itu terpampang jelas sekali di depan pintu. Namun masih saja banyak para pencari kerja yang datang berhamburan. Kulihat banyak diantara mereka masih muda penuh enerjik. Aku yakin usia mereka tak jauh beda dengan usiaku.

Waktu sudah menunjukkan 09.30 di layar iPhoneku. Sedang aku masih berdiri di depan pintu ruangan. Kuperhatikan terus para pemuda pencari kerja yang datang berhamburan. Make up mereka natural dan menyenangkan, wangi harum ketika melewatiku. pakaian mereka rapi bak intelektual. Banyak dari mereka memasuki ruangan dengan wajah bahagia setenang langit pagi lalu keluar dengan wajah manyun bak langit siang yang geram. Beberapa ada yang menangis, kecewa dengan info karena sudah datang jauh jauh dari kota Malang namun tak kebagian nomer antrean..

“Sendirian saja mas?”

Suara itu datang dari perempuan sampingku yang sedari tadi berdiri sama denganku di depan pintu. Kulihat wajahnya tenang ceria menatap aku yang sedari tadi memperhatikan para pencari kerja sepertiku. Menurutku ia cantik dengan rambut panjangnya yang terurai rapi. Kulitnya putih seperti susu. Dia enak sekali buat diajak ngobrol. Menurutku ia banyak pengalaman dalam bekerja yang terlihat dari ceritanya pernah menjadi admin di beberapa perusahaan. Dia katakan senang menjadi admin meski hanya lulusan SMA. Dia katakan sudah banyak menguasai akan Ms Office.

“Namaku Imas, masnya?”
“Dafy” kutangkap tangannya untuk berjabat tangan.

“Kasihan ya mas mbak itu, dia datang jauh jauh dari Pasuruan ternyata sampai sini kuota lamaran kerjanya habis. Coba aja dia datang jam tujuh atau jam delapan, pasti bakal dapat nomer antrian” Imas sangat prihatin terhadap pelamar yang tak kebagian nomer antrean.


Imas terus bercerita sembari menemani aku menunggu. Aku ceritakan padanya bahwa aku baru lulus kuliah bulan lalu dan ini kali pertama aku melamar kerja secara formal. Hingga pada waktunya waktu wawancara pun tiba. Nomer antrean sudah dipanggili untuk memasuki ruangan. Nomer satu sampai delapan dipanggil unrtuk menunggu wawancara bergilir dalam ruang. Terlihat Imas mendapatkan nomer antrean tujuh yang juga memasuki ruangan lalu duduk di sebelahku.


Kira kira wawancara satu orang menghabiskan waktu dua puluh menit, lama sekali. AC pada ruangan pun semakin dingin yang membuat Imas kedinginan. Kupinjami ia jaketku untuk menutupi badannya. Ia senang. Lalu kulihat para pencari kerja dari di luar ruang masih terus ramai berdatangan. Mereka basah kuyup akibat hujan yang turun tiba tiba secara deras. Surat lamaran yang mereka bawa pun akhirnya basah juga. Terlihat perempuan yang menangis karna tak kebagian kuota tadi pun ikut basah kuyup. Merekalah orang yang tak datang pada waktunya. Sementara Imas terlelap dalam tidurnya bersandar. Aku masih berdiri memperhatikan. ~MK.